Selasa, 18 Februari 2020

Kementan Keluarkan Aturan Pengurangan Day Old Chicken

Jakarta - Ketua Perhimpunan Peternak Ayam Nasional (PPAN) Jawa Barat Herry Dermawan membetulkan terdapatnya kenaikan harga daging ayam pada tingkat peternak yang menyebabkan lonjakan harga pada tingkat customer. “Memang supply kurang,” tuturnya waktu dihubungi Tempo, Jumat, 19 Januari 2018. Turunnya supply itu, menurut Herry, dikarenakan oleh sebagian besar peternak ayam turunkan kemampuan produksinya sebab takut tidak untung. “Paling saat ini kemampuan produksinya optimal 80 persenan,” katanya. Baca: DOC Ayam Joper Jakarta “Taksiran saat ini produksi paling 45-50 juta ekor per minggu,” tutur Herry. Herry menjelaskan penyebab peternak ramai-ramai pilih turunkan kemampuan produksinya ialah fluktuasi harga ayam di level peternak dalam dua tahun paling akhir. “Sebulan lantas, harga sempat Rp 14 ribu per ekor di kandang. Walau sebenarnya modal kami Rp 19 ribu. Jika cocok kami rugi, tidak ada perhatian pemerintah,” tuturnya. Penurunan kemampuan produksi untuk tutup kerugian itu menyebabkan harga ayam di kandang sekarang kembali melompat jadi Rp 22 ribu per ekor. “Antara supply yang seret serta permintaan bertambah, semoga sebab permintaan bertambah,” sebut Herry. Herry mengharap rapat di Kementerian Perdagangan ini hari mengulas masalah harga referensi ayam di kandang. “Kalau pemerintah ingin membuat harga referensi, harga batas, atau harga standard di kandang, sepakat sekali,” katanya. Tetapi Herry memberi pesan supaya ketentuan itu bukan hanya berlaku waktu harga sedang tinggi. “Jangan cuma diresmikan saat harga tinggi. Jika harga di atas, pemerintah teriak harus HET (harga eceran paling tinggi). Tetapi, jika harga jatuh, pemerintah ke mana?” katanya. Kepala Dinas Perdagangan serta Perindustrian Kota Bandung Eric Mohamad Atthauriq menjelaskan lonjakan harga ayam berlangsung di Kota Bandung dalam satu pekan ini. “Posisinya saat ini di rata-rata Rp 37 ribu per kg dari mulanya di urutan Rp 34-35 ribu,” katanya, Kamis, 18 Januari 2018. Lonjakan harga ayam yang berlangsung sempat menyebabkan gagasan pedagang ayam di pasar tradisionil di Bandung Raya berhenti tiga hari mulai Jumat, 19 Januari 2018. Gagasan berhenti berjualan itu gagal sesudah pedagang dan bandar ayam berjumpa dengan perwakilan Pemerintah Propinsi Jawa Barat serta Unit Pekerjaan Pangan Kepolisian Wilayah Jawa Barat. Koordinator tindakan berhenti pedagang ayam di Bandung Raya, Iim Ruhimat, membetulkan gagalnya gagasan berhenti itu. “Kami batalkan sebab point yang kami kehendaki telah bertemu. Kami ingin pemerintah lakukan normalisasi harga,” katanya. Menurut Iim, pedagang serta bandar ayam sangat terpaksa meningkatkan harga jual sebab ayam hidup yang dibeli dari peternak naik. Telah dua bulan ini harga ayam hidup dari peternak yang umumnya Rp 18-20 ribu per ekor melompat jadi Rp 22-23 ribu per ekor. “Sampai di customer itu Rp 36-37 ribu per kg. Di pasar kecil dapat sampai Rp 40 ribu per kg. Dampaknya ke pabrik olahan nugget serta sosis yang telah turunkan produksinya. Daging ayam tanpa ada tulang harga Rp 50 ribu per kg. Sebaiknya harga Rp 35-37 ribu per kg,” papar Iim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar